Konsep "Nguwongke Wong" Relevan untuk HR Modern

By 07.12.00 , , , ,

image

PENGEMBANGAN organisasi melalui manajemen sumberdaya manusia atau akrab dikenal Human Resources (HR) tidak hanya melulu dari konsep teori barat namun bisa dilhami dari kearifan lokal budaya Jawa.


Sebut saja, konsep ''nguwongke wong'' (memanusiakan manusia) dan ''sugih tanpo bondo'' (kaya tanpa harta benda) yang menurut guru besar Fakultas Psikologi UGM Prof Dr Djamaludin Ancok, sangat cocok dan relevan dalam pengembangan organisasi modern yang berkembang sekarang ini.

''Manusia bukan lagi dianggap aset dalam konsep sebuah organisasi, tapi bagian penting dari organisasi. Menciptakan manusia itu semakin bersumberdaya dan semakin bermakna,'' katanya dalam diskusi ''Manajement Forum, The future of HR'' yang berlangsung di Faculty Meeting, MM UGM.

Menurut Prof Ancok, konsep HR masa depan bukan lagi uang sebagai tolak ukur untuk meningkatkan prestasi kerja. Melainkan, terbangunnya rasa kebersamaan dan suasana kerja kondusif. ''Disinilah konsep ''nguwongke wong'' dan ''sugih tanpo bondo'' sangat relevan,'' katanya.

Selain berinovasi, pemimpin HR di sebuah perusahaan juga harus mampu mendorong tumbuhnya kompetensi dan rasa  saling berbagi informasi antarkaryawan. ''Jangan sampai organisasi membunuh kompetensi. Jika sudah terkotak, birokratis, tidak sharing knowledge maka biaya' yang dikeluarkan sangat mahal,'' tuturnya.

Menurutnya, seorang HR harus menganggap semua orang yang bekerja di perusahaan sebagai orang penting. Tidak ada orang yang dianggap lebih penting di sebuah perusahaan. ''Dulu orang menganggap pilot paling penting dalam menerbangkan pesawat. Tapi kini yang lebih penting adalah supir mobil yang mengantar pilot datang tepat waktu ke bandara,'' katanya mengilustrasikan.

Sementara pakar senior ilmu manajemen dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Hani Handoko PhD mengatakan, HR perlu membuat strategi baru untuk membangun perubahan leadership, mindset dan budaya kepada karyawan dalam membantu organisasi mencapai tujuan utamanya. ''Karena karyawan tidak hanya dimiliki fisiknya, namun juga jiwanya,'' ujarnya.

Ditambahkan, strategi pengelolaan HR harus menempatkan karyawan sesuai dengan keahliannya. Apabila tidak dijalankan maka yang muncul adalah rasa frustasi. Oleh karena itu, tugas HR adalah meningkatkan kompetensi, komitmen dan kontribusi karyawan untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan dengan disertasi imbalan yang setimpal. ''Orang yang bertahan bekerja biasanya sedikit give tapi banyak dapat get. Sementara yang memilih keluar dari perusahaan karena banyak give tapi sedikit get yang didapatkan,'' tuturnya.


Tapi apa yang menyebabkan seseorang mau datang ke tempat kerja? Menurutnya justru bukan uang atau status, namun lebih kepada hubungan relasi kerja yang sudah terbangun di tempat kerja.

You Might Also Like

0 comments